Kamis, 15 Mei 2014

HIDUP YANG MELAYANI


HIDUP YANG MELAYANI

Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. (Lukas 5:4-6)

Petrus adalah seorang nelayan yang sangat berpengalaman. Dengan pengalamannya dia tahu bagaimana caranya menangkap berbagai macam ikan yang hidup di danau. Dia tahu tempat persembunyian mereka, kebiasaan makan mereka, dan waktu yang paling tepat untuk menebarkan jala. Petrus pasti memiliki jebakan dan strategi sendiri yang jitu. Ia tahu bagaimana cara menangkap ikan di Danau Galilea. Danau itu adalah "danaunya," namun meski telah berusaha sepanjang malam, ia belum juga mendapat apa-apa. "Kadangkala ikan-ikan itu tidak dapat diajak bekerja sama,"
Ini lah perintah Yesus baginya, untuk meminta Petrus untuk menebarkan jalanya ke tengah danau. Saya yakin secara manusiawi, Petrus tidaklah senang perintah itu. Bagaimana tidak, saya yakin Petrus akan merasa percaya diri dengan kemampuannya. Karena itulah profesinya. Profesi yang dimilikinya ditopang dengan pengalaman dan kerja keras yang dia lakukan. Semalaman penuh, Petrus menebarkan jalanya. Namun tak satupun ikan diperolehnya. Karena itu, pastilah Petrus enggan mendengarkan seseorang yang dengan ribut berusaha mengajari saya caranya menangkap ikan di danau "nya."
Dengan kelelahan badan yang dikuras karena begadang semalaman, Petrus meng”ia”kan perintah Yesus, kenapa dia melakukan itu? Sebagian tafsiran dan masukan yang saya dapat selama menyelami ayat ini, saya mendapatkan jawaban bahwa Petrus ingin melihat apa yang ingin dilakukan Yesus. Petrus ingin menguji kemampuan Yesus. Yesus menunjukkan kuasanya atas segalanya dibumi. Banyak Ikan yang terjerat dalam jala Petrus. Petrus terkejut dan bersungkur dihadapan Yesus. Rasa bersalah yang dialami Petrus menunjukkan pertobatannya (Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa - Lukas 5:4-8) karena telah berbuat salah dengan memandang sebelah mata Yesus.
Saya melihat kuasa Tuhan atas segala sesuatu dibumi, yang dicurahkan dalam Yesus Kristus. Yesus menunjukkan kuasanya dihadapan Petrus yang melakukan pekerjaannya dengan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri.
Yesus mengajarkan Petrus arti berserah dalam pekerjaan, berserah bukan berarti tidak melakukan apa-apa, namun Yesus mengajarkan agar Petrus melakukan profesinya dan memupuk kesabarannya sebagai alat menunjukkan kuasa Tuhan atas segala sesuatu.
Di Lukas 5:9-11 Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus, Ditengah ketakjuban yang dialami Petrus dan teman-temannya, Yesus menegaskan panggilan bagi mereka. Yesus mengutus mereka bukan lagi menjadi penjala ikan, namun menjadi penjala manusia.
Kisah Petrus memberikan kita pelajaran penting. Dimana Tuhan saja lah sang pemilik dunia ini, Tuhan lah yang memberikan hikmat dan ilmu kepada kita. Ilmu merupakan suatu alat bagi kita untuk menyelesaikan suatu permasalahan, namun hanya Panggilan Tuhan saja lah yang dapat mengaktifkan kegunaan dari ilmu itu.
Sudah kah kita memiliki panggilan itu? Apa panggilan Tuhan bagimu? Karena dengan Panggilan Tuhan, kita dapat menjadikan Ilmu pengetahuan yang saat ini kita pelajari sebagai bentuk pelayanan kita nantinya. Panggilan itu membuat segala aspek dari diri kita (kehidupan) menjadi saluran berkat bagi orang lain, dan ilmu yang selama ini kita geluti menjadi alat yang efektif dalam panggilan itu. - oleh Daniel Blesson Deo Silitonga